Rukun shalat

Shalat itu terdiri dari lima belas rukun dengan menjadikan tuma’nînah sebagai salah satu rukun. · 

Rukun pertama dalam shalat adalah niat, adapun kedudukan niat ini sama dengan kedudukan wajibnya takbir dan wajibnya rukun-rukun yang lain. 

· Rukun yang kedua adalah takbiratul ihram dengan dalil sabda Rasulullah: 
(رواه البخاري)“ صلوا كما رأيتموني أصلي ” 
Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya (Rasulullah) shalat” (H.R. Bukhari). 

Boleh bagi seorang muslim untuk menambah lafal takbir dengan mengucapkan: ألله الجليل أكبر, akan tetapi tidak boleh melafalkan takbir dengan kalimat: ألله كبير , atau kalimat أكبر الله , atau kalimat ألله أعظم . 

· Rukun yang ketiga adalah menyertakan niat dengan takbiratul ihram, karena takbiratul ihram merupakan perbuatan wajib yang pertama dilaksakan dalam shalat, oleh sebab itulah wajib bagi seorang yang hendak mendirikan shalat menyertakan niat dari awal takbir sampai selesainya takbir dilafalkan. 

· Rukun yang keempat adalah berdiri bagi yang mampu, karena mengikut sabda Rasulullah yang ditujukan kepada ‘Imrân bin Hushain yang memiliki penyakit pembengkakan urat-urat pada ujung pelepasan (dubur); haemorrhoids atau yang biasa disebut dalam bahasa arab penyakit bawasir.

 صل قا ئما فإن لم تستطع فقاعدا فإن لم تستطع فعلي جنب.( رواه البخاري) 

Artinya: Shalatlah engkau dengan keadaan berdiri, apabila engkau tidak sanggup berdiri maka shalatlah dalam keadaan duduk, apabila engkau tidak sanggup shalat dalam keadaan duduk maka shalatlah dalam keadaan berbaring. (H.R. Bukhari).

Hadits di atas menjelaskan kepada kita semua bahwa: 

- Tidak boleh bagi orang yang mampu berdiri melaksakan shalat dengan keadaan duduk. 
- Tidak boleh bagi orang yang mampu duduk melaksakan shalat dengan berbaring. Bagi orang yang lemah (tidak sanggup berdiri dalam shalat)—baik lemah dikarenakan usia ataupun ada udzur syar’i yang menghalanginya shalat dalam keadaan berdiri—maka diperbolehkan baginya shalat dalam keadaan duduk ataupun berbaring. 

· Rukun yang kelima adalah membaca surat al-Fatihah. Dengan dalil sabda Rasulullah: 

لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب.( رواه متفق عليه) 

Artinya: “Tidaklah sah shalat bagi siapa yang tidak me mbaca surat al-fatihah” (H.R. Bukhari, Muslim). 

Hadits Rasulullah di atas menjelaskan kepada kita semua bahwasannya: - Wajib bagi orang yang melaksanakan shalat untuk membaca surat al-Fatihah pada setiap rakaat shalat. - Wajib bagi yang melaksanakan shalat untuk membaca surat al-Fatihah secara tertib, dan tidak terputus. Apabila orang yang melaksakan shalat tidak mampu membaca surat al-Fatihah, maka diperbolehkan baginya membaca ayat selain surat al-Fatihah sekalipun ayat tersebut terpisah antara satu dengan lainnya. Sedangkan menurut Imam ar-Rafî’i, orang yang tidak mampu membaca surah al-Fatihah dalam shalat diperbolehkan baginya membaca ayat al-Qur’an dengan syarat berurutan antara ayat yang pertama dengan ayat yang sesudahnya, dan apabila tidak sanggup membaca secara berurutan maka diperbolehkan membaca ayat tersebut secara terpisah. Apabila orang yang tidak mampu membaca al-Fatihah dalam shalat, dan tidak sanggup juga membaca ayat al-Qur’an, maka diperbolehkan baginya membaca dzikir atau doa-doa. Apabila tidak sanggup membaca apapun dalam shalat baik al-Fatihah, ayat al-Qur’an, dzikir dan doa, maka dianjurkan kepadanya untuk melaksanakan rukun fi’liyah saja. Dan bagi yang bisu diwajibkan baginya untuk menggerakkan lidahnya saja tanpa diwajibkan baginya mengeluarkan suara. [ -Turots Club 3-/Ilgafur Tanjung] 
Share this video :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Berusaha Menjadi Yang Terbaik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger